This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 14 November 2016

PENYEBAB MEDIASI PADA PASIEN GAGAL

MEDIASI
Penyebab Medication Eror
Beberapa penulis menulis berbagai kategori penyebab ME yang berbeda-beda. Secara umum, terdapat 6 kategori penyebab ME menurut ISMP (Institute for Safe Medication Practices), yaitu:

1.     Failed communication.
2.    Poor drug distribution practices.
3.    Dose miscalculations.
4.    Drug-and drug device- related problems.
5.    Incorrect drug administration.
6.    Lack of patient education.
1.Failed Communication.
Penulisan yang jelek dapat menyebabkan kesalahan pembacaan order terutama untuk obat-obat yang mempunyai kemiripan nama. Kesalahan interpretasi nama obat yang di order juga dapat terjadi melalui order via telepon, karena kemiripan pengucapan beberapa nama obat.
Drugs with similar names
Nama obat menjadi penyebab dua hingga tiga kejadian ME. Terdapat ratusan, bahkan ribuan obat dengan nama yang hampir mirip, baik nama paten maupun generik. Beberapa diantaranya:
Losec® (omeprazole) vs Lasix® (furosemide).
Coumadin® (anticoagulant) vs Kemadrin® (anti parkinson).
Taxol® (paclitaxel) vs Paxil® (paroxetin).
Amrinone (Inocor®) vs amiodarone (Cordarone®).
Ritonavir (Norvir®) vs Retrovir® (zidovudine).
Kesalahan ini pada dasarnya bisa di prediksi. Akan tetapi dari sekian banyak produk obat yang tersedia, tidak dapat diharapkan akan diingat semua oleh praktisi kesehatan. Terutama untuk produk baru, seperti Losec® pembacanya secara terburu-buru pasti akan langsung menyangka lasix®, produk yang terlebih dahulu telah familiar dengannya. Kecenderungan ini disebut “confirmation bias”.
.Zeroes and decimal points
Dalam kondisi terburu-buru menulis resep/order obat, dapat menyebabkan terjadinya kesalahan meski nama obat tertulis dengan benar. Order “vincristine 2.0 mg” pernah salah dibaca oleh personel menjadi “20 mg”, karena koma tertulis di garis kertas order, sehingga tidak terlihat oleh pembaca. Akibatnya pasien meninggal setelah menerima dosis yang tinggi tersebut. Pada kasus lain, seorang bayi seharusnya menerima 0.17 mg digoxin, tetapi malah menerima 0.017 mg karena kesalahan kalkulasi dosis.
Menghilangkan angka nol juga dapat berakibat kesalahan pembacaan. Seperti pada “Synthroid® .1 mg”, salah arti menjadi “1 mg”.
Abbreviations
Sering pula terjadi ME karena kesalahan menstandardisasi singkatan, hingga terjadi salah arti antara penulis dan pembaca. Contoh penulisan D/C yang diartikan ganda sebagai “discharge” dan discontinue”. Seorang dokter menulis order sebagai berikut: “D/C meds: digoxin, propranolol, regular insulin”. Ia bermaksud meneruskan ketiga obat tersebut setelah pasien keluar dari rumah sakit (discharge from the hospital). Akan tetapi, personel klinik nya mengira dokter menginginkan agar ketiga obat tersebut dihentikan (discontinue). Akibatnya, pasien tidak mendapatkan pengobatan ketika keluar dari rumah sakit selama 3 hari. Kesalahan terdeteksi setelah perawat memperhatikan resep tersebut di chart pasien.
Ambiguous or Incomplete Orders
Di tahun 1995, public dikejutkan dengan kesalahan pengobatan yang fatal yang terjadi di Dana Farber Cancer Institute di Boston. Seorang wanita 39 tahun penderita kanker payudara meninggal akibat cardiotoxicity karena overdosis. Cyclophosphamide di order pada dosis “4 g/m2 days 1-4”. Maksud penulis resep adalah total 4 g/m2 diberikan selama maksimal 4 hari (1 g/m2 per hari selama 4 hari). Sementara beberapa professional kesehatan lain menginterpretasi order tersebut dengan 4 g/m2 per hari selama 4 hari. Setelah 4 hari, wanita tersebut menerima total 26.08 g cyclophosphamid (dosis maksimal 6,52 g).
2. Poor Drug Distribution Practices
System UDD telah terbukti mengurangi celah terjadinya ME. Dengan UDD, order obat diawasi dan disaring oleh personel farmasi dan perawat. Dosis disiapkan, dikemas, dilabel, dan dicek oleh personel farmasi, dan diberikan pada pasien oleh perawat, yang sekaligus mengecek ketepatan administrasi obat.

3. Dose Miscalculation
Kesalahan ini sering terjadi terutama untuk pasien pediatric dan produk yang diberikan melalui iv.
4. Problems Related to Drug Devices
Masalah labeling dan packaging merupakan masalah kedua yang sering terjadi, penyebab ME yang dilaporkan pada USP MERP, mencakup 20% kasus yang dilaporkan. Di Veterans Administration Hospital, Omaha, tiga pasien mengalami cardiorespiratory arrest setelah mendapatkan neuromuscular blocking agent mivacurium, yang seharusnya antibiotic metronidazole. Pabrik mengemas masing-masing item ke foil moisture-protecting overwrap. Nama obat tidak terlihat dari foil tersebut, melainkan di tas plastik iv yang melingkupi foil, ditempat yang tidak terlalu kelihatan. Beberapa petugas mencampur kedua obat tersebut. Setelah dideteksi ternyata kesalahan terletak pada packaging tersebut. Hingga sekarang, nama obat harus terlihat jelas dan menyatu dengan kemasan akhir obat.
5.Incorrect Drug Administration
Meskipun semua langkah-langkah awal penyiapan obat telah dilalui dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya ME, akan tetapi ME pun dapat terjadi juga. Hal ini diakibatkan oleh salah penggunaan obat oleh pengguna obat tersebut. Tetes mata yang salah digunakan sebagai tetes telinga, obat topical yang ditelan, dan kesalahan administrasi lainnya.
6.Lack of Patient Education

Menjadi suatu langkah yang memegang peran penting untuk mencegah terjadinya ME, dengan memberikan informasi dan pengetahuan pada pasien tentang pengobatan mereka. Pasien yang mengetahui kegunaan masing-masing obatnya, aturan pakai, bentuk obatnya, dan bagaimana kerjanya, akan meminimalisir terjadinya ME. Pasien harus diberikan haknya untuk bertanya dan mendapatkan jawaban yang memuaskan.

SEDIAAN SERBUK

Serbuk (pulvis dan pulveres)

Serbuk dibagi menjadi 2 yaitu pulvis dan pulveres. Menurut FI III serbuk adalah campuran homogen dari dua atau lebih obat yang diserbukkan.

Menurut FI IV, serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral maupun topikal. secara kimia-fisika serbuk mempunyai ukuran antara 10.000- 0,1 mikrometer.

Keuntungan / kelebihan bentuk sediaan serbuk :
campuran obat dan bahan obat yang sesuai kebutuhan
dosis lebih tepat, lebih stabil dari sediaan larutan
disolusi/melarut cepat dalam tubuh
tidak memerlukan banyak bahan tambahan yang tidak perlu
Kerugiaan serbuk / kekurangan bentuk sediaan serbuk :
kurang baik untuk zat obat yang mudah terurai karena kontak dengan udara
sulit untuk ditutupi rasanya (tidak enak maupun baunya)
peracikannya membutuhkan waktu yang relatif lama
Karakteristik serbuk :
- homogen dan kering, homogenisitasnya dipengaruhi ukuran partikel dan densitasnya/berat jenis
- punya derajat kehalusan tertentu

Pembagian Serbuk
1. Pulvis  (serbuk tak terbagi)
Pulvis adalah serbuk yang tidak dapat terbagi untuk pemakaiannya, contohnya serbuk tabur, serbuk gigi dan serbuk effervecent.
2. Pulveres (serbuk terbagi)
pulveres adalah serbuk yang dapat dibagi dalam bobot yang sama, dibungkus menggunakan kemasan untuk sekali minum, serbuk terbagi boleh dibagi secara visual/penglihatan, maksimal 10 serbuk secara bersamaan. Umumnya serbuk berbobot 0,5 gram, pengisinya laktosa. Penimbangan diperlukan apabila pasien memperoleh dosis 80% dari dosis maksimum untuk sekali atau sehari pakai


PENGETAHUAN TENTANG OBAT

   Apa yang perlu anda Ketahui Tentang Obat?
Ilmu Farmasi : Artikel ini memuat informasi tentang : Apa itu obat? Penggolongan obat ? 
Dimana anda dapat memperoleh obat? Yang Perlu anda ketahui saat menerima obat dari apotek? 
Bagaimana memahami informasi obat pada etiket? Cara Pemakaian Obat ? Cara Menyimpan obat? dan Tips memilih obat.

Mungkin sobat semua sudah sering mendengar istilah obat adalah racun, istilah ini memang cukup beralasan karna obat dapat menjadi racun bagi tubuh bila tidak sesuai dengan cara pemakaian dan peruntukannya, baiklah tanpa basa basi, langsung kita bahas.
1. Apa itu obat?
Obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit serta memulihkan dan meningkatkan kesehatan.

2. Penggolongan obat ?
Secara umum obat digolongkan menjadi 
- Obat bebas seperti paracetamol, (vitamin dan mineral), 
- Obat bebas terbatas (obat obat yang umumnya diberi tanda peringatan "AWAS OBAT KERAS...")
- Obat keras seperti [Antibiotik (amoxicilin, ampicilin, cefadroxil, cefixime, ceftriaxone, dll) obat darah tinggi, diabetes dll], 
- dan obat psikotropika dan narkotika. untuk mengetahui selengkapnya silahkan kunjungi Penggolongan Obat berdasarkan permenkes dan Penggolongan Obat secara luas.

3. Dimana anda dapat memperoleh obat?
Obat bebas dengan logo lingkaran hijau dengan tepi bergaris hitam dapat diperoleh di apotek, toko obat, dan swalayan obat. Obat bebas terbatas dengan logo lingkaran biru dengan garis tepi hitam dapat diperoleh di apotek dan toko obat. dan obat keras dengan logo lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan psiko-narkotik dapat diperoleh di apotek.

4. Yang Perlu anda ketahui saat menerima obat dari apotek?
· Apakah nama dan no.nota/biling/bon anda susah sesuai dengan nama pada etiket (label pada obat) (karena    ada nama pasien yang mirip/sama) untuk menghindari menerima obat yang salah
· Dengarkan informasi dari Apoteker atau petugas apotek, dan sesuaikan dengan etiket
· Jangan malu bertanya apabila anda kurang mengerti atau ada informasi yang tidak jelas.

5. Bagaimana memahami informasi obat pada etiket?
· 3x1 tablet berarti 3 kali sehari, masing masing 1 tablet.
· Hati hati menggunakan obat tetes atau salep, Jangan sampai salah dalam penggunaan seperti obat tetes telinga digunakan untuk tetes mata, ini dapat berakibat fatal.
· Jangan salah menggunakan obat khusus lainnya, seperti supositoria digunakan pada anus bukan untuk diminum, atau ovula untuk digunakan via vagina, bukan obat minum.
· Bila ada obat (seperti antibiotik) dengan etiket ‘HARUS DIHABISKAN’ maka pasien harus meminum obat tersebut teratur hingga habis, karena jika tidak teratur dapat berefek buruk misalnya penyakit tidak sembuh, resisten (kuman tambah kebal obat).

6. Cara Pemakaian Obat ?
a) Berapa kali harus digunakan ?
1 kali sehari berarti digunakan tiap 24 jam
2 kali sehari berarti digunakan tiap 12 jam
3 kali sehari berarti digunakan tiap 8 jam
4 kali sehari berarti digunakan tiap 6 jam

b) Kapan harus digunakan ?
Sebelum makan berarti 1 jam atau ½ jam sebelum makan
Bersamaan dengan makanan berarti setelah 1-2 suap saat memulai makan
Setelah makan berarti 2-3 jam setelah makan

c) Untuk menggunakan sirup ?
Kocok dulu sebelum digunakan
Gunakan sendok takar dari apotek,
1 sendok teh = 5 cc
1 Sendok bubur = 8 cc
1 sendok makan = 15 cc

7. Cara Menyimpan obat ?
- Lihat cara penyimpanan obat pada kemasan obat
- Simpan dalm kemasan asli obat, jauhkan dari jangkauan anak anak
- hindari obat dari sinar matahari langsung, dan udara luar yang lembab
- jangan simpan obat cair di kulkas kecuali ada perintah pada kemasan obat
- jangan menyimpan obat di mobil dalam waktu lama, karna panas dalam mobil dapat merusak obat.

8. Obat jangan digunakan apabila :
- kemasan rusak
- obat sudah lewat waktu kadaluarsa
- etiket/label cara penggunaan obat tidak jelas/tidak dapat dibaca
- obat telah berubah baik dalam bentuk fisik atau baunya, misal warna obat telah berubah, obat tetes sudah      keruh dan sebagainya
- jangan gunakan obat tetes lebih dari sebulan atau lebih dari 2 minggu, lihat kejernihan obat.

9. Tips memilih obat :
- pilihlah obat yang memiliki no.registrasi
- belilah obat yang belum lewat waktu kadaluarsa
- belilah obat pada sumber resmi seperti apotek dan toko obat sesuai dengan jenis obat yang akan dibeli
- belilah obat dalam kemasan utuh (tidak rusak)

- sebelum menggunaan obat baca informasi (Indikasi, dosis efek samping, penyimpanan dll) pada etiket/label    obat secara seksama.

ANTIBIOTIK

1.        Apa sih Antibiotik ???
Penggolongan Antibiotik, Klasifikasi Antibiotik

Antibakteri terdiri dari antibiotik dan kemoterapi
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan mikroba, terutama fungi, yang dapat membasmi ataupun menghambat pertumbuhan mikroba jenis lain.
Antibiotik dapat dibuat secara sintesis, yang bisa juga disebut kemoterapi. Kemoterapi adalah zat kimia yang dapat membasmi ataupun menghambat pertumbuhan mikroba, tetapi zat ini tidak berasal dari suatu mikroba atau fungi.
Klasifikasi antibiotik/antibakteri :
     1.       Penisilin
     2.       Sefalosporin dan antibiotik betalaktam lainnya
     3.       Tetrasiklin
     4.       Aminoglikosida
     5.       Makrolida
     6.       Kuinolon
     7.       Sulfonamida dan trimetoprim
     8.       Antibiotik lain


1.Penisilin
Penisilin adalah antibiotik yang bersifat bakterisida (membunuh bakteri) dengan mekanisme menghambat sintesa dinding sel bakteri. Obat ini berdifusi baik pada jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali selaput otak mengalami infeksi. Antibiotik yang termasuk golongan penisilin antara lain :
-Benzilpenisilin (Penisilin G) dan fenoksimetilpenisilin (penisilin V)
-penisilin tahan penisilase : kloksasilin, flukoksasilin
-penisilin spektrum luas : ampisilin, amoksisilin, amoksiklav, bakampililin, pivampisilin.
-penisilin antipseudomonas : piperasilin, ureidopenisilin, sulbenisilin, tikarsilin
-mesilinam : pivmesilinam

2.Sefalosporin dan antibiotik betalaktam lainnya
Sefalosporin merupakan antibiotik spektruk luas yang digunakan untuk terapi septikemia, pneumonia, meningitis, infeksi saluran empedu,  peritonitis,  dan infeksi saluran urin. Aktivitas farmakologisnya sama dengan penisilin, diekskresikan melalui ginjal, kemempuan melewati sawar otak  sangat rendah kecuali terjadi inflamasi. Antibiotik golongan sofalosporin  ini termasuk :
-sefradin, sefuroksim, Sefaleksim
-sefotaksim, seftazidin, seftriakson, sefaklor
Antibiotik betalaktam lainnya :
-golongan monobaktam, aztreonam dan
-golongan karbapenem, imipenem (turunan tienamisin) dan meropenem.

3. Tetrasiklin
Tetrasiklim merupakan antibiotik spektrum luas, secara mikrobiologis, hanya sedikit mikroba yang dapat diatasi oleh golongan tetrasiklin, kecuali minosiklin, namun minosiklin jarang digunakan karna efek samping pusing dan vertigo. Dilain sisi tetra merupakan salah satu alternatif pilihan obat bagi pasien yang alergi terhadap antibiotik golongan betalaktam.
Penggunaannya mulai menurun karena banyaknya terjadi resistensi bakteri, namun obat ini masih merupakan pilihan untuk infeksi saluran pernafasan, dan mikoplasma genital, serta infeksi yang disebabkan klamidia (trakoma, psitakosis, salpingitis, uretritis, dan limfogranuloma venereum), riketsia (termasuk Q-fever), brusela, dan spiroketa.
Obat yang termasuk golongan tetrasiklin :
-demeklosiklin, doksisiklin, minosiklin
-oksitetrasiklin, tetrasiklin,

4. Aminoglikosida
Antibiotik golongan ini bersifat bakterisidal yang terutama aktif terhadap bakteri gram negatif, golongan ini meliputi amikasin, gentamisin, kamamisin, neomisin, netilmisin, streptomisin, dan tobramisin.
Aminoglikosida tidak diabsorpsi melalui saluran cerna, sehingga harus diberikan secara parenteral untuk mengatasi infeksi sistemik. adapun efek samping obat golongan ini adalah ototoksik (menganggu pendengaran/ketulian) dan nefrotoksik (merusak ginjal), efek samping tergantung dosis, lama pemberian, umur (lansia dan anak anak paling beresiko) maupun variasi individual terkait fisiologi dan metabolisme.
Aminoglikosida sebaiknya jangan diberikan bersamaan dengan diuretik (misal furosemid/HCT dll) karena potensial memperparah resiko ototoksik. jika terpaksa (darurat) memberikannya, maka jarak minum antar kedua obat harus sepanjang mungkin.

5. Makrolida
yang termasuk golongan makrolida antara lain : azitromisin, Eritromisin, Klaritromisin, Roksitromisin, Spiramisin. 
Azitromisin adalah makrolida yang aktivitasnya terhadap bakteri gram positif, sedikit lebih lemah dibanding eritromisin. Waktu paruh relatif lama sehingga memungkinkan penggunaan dosis satu kali sehari.
Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang mirip dengan penisilin, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif terhadap pasien yang alergi maupun yang resisten terhadap penisilin, umunya eritromisin digunakan untuk infeksi saluran nafas. Klaritromisin merupakan derivat eritromisin, dimana klaritromisin lebih kuat aktivitasnya dibandingkan eritromisin.

6. Kuinolon
Antibiotik yang termasuk kedalam kuinolon antara lain : Siprofloksasin (Cyprofloxacin), Levofloksasin, Ofloksasin, Asam nalidiksat, Norfloksasin, Moksifloksasin,
Siprofloksasin aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif, namun lebih kuat dan aktif terhadap bakteri gram negatif, siproksasi tidak boleh digunain terhadap pneumonia pneumococus karena tidak efektif.
Levofloksasin merupakan antibakteri gram positif dan negatif, lebih aktif terhadap P.Pneumococus dibanding siprofloksasin.

7. Sulfonamida dan Trimetoprim
yang cukup banyak digunakan adalah sulfametoksazol dan trimetoprim dalam bentuk kombinasi (Ko-Trimoksazol) , namun kotrimoksazol dapat menyebabkan efek samping yang serius, namun jarang terjadi seperti sindrom stevens johnson, diskrasi darah : penekanan sumsum tulang belakang, kernikterus bagi bayi yang berumur kurang dari 6 minggu, adanya resiko anemia hemolitik pada anak dewasa yang defisiensi G6PD,

8. Antibiotik Lain
a. Kloramfenikol
kloramfenikol adalah antibiotik spektrum luas, penggunaannya sebaiknya untuk penanganan infeksi yang mengancam jiwa.
b. Klindamisin
Klindamisin aktif terhadap bakteri kokus gram positif, Klindamisin mempunyai efek samping yang serius, seperti kolitis. bila penggunaannya menyebabkan diare, maka sebaiknya pengobatan dihentikan segera.
c. Vankomisin dan Teikoplanin
antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram positif aerob dan non aerob termasuk stafilokokus yang multiresisten.
d. Spektinomisin
Antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram negatif termasuk N. Gonnorhoeae, obat ini hanya diindikasikan terhadap penyakit gonorhoe yang resisten terhadap penisilin.
e. Linezolid

Linezolid merupakan antibakteri oksazolidinon yang aktif terhadap bakteri gram positif.

PENGGOLONGAN OBAT

1.       PENGGOLONGAN OBAT
Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi . (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).
Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi. yang dimaksud dengan golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek (obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter diapotek, diserahkan oleh apoteker), obat keras, psikotropika dan narkotika. Untuk obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter maka pada kemasan dan etiketnya tertera tanda khusus.

Penggolongan Jenis Obat berdasarkan berbagai undang undang dan peraturan menteri kesehatan dibagi menjadi :

1. Obat Bebas

Obat bebas sering juga disebut OTC (Over The Counter) adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. 
Contoh : Parasetamol, vitamin
Obat bebas ini dapat diperoleh di toko/warung, toko obat, dan apotik.

2. Obat Bebas Terbatas  (Daftar W: Warschuwing)

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. disertai tanda peringatan dalam kemasannya:
P1. Awas! Obat Keras. Bacalah Aturan Memakainya.
P2. Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan
P3. Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dan badan.
P4. Awas! Obat Keras. Hanya Untuk Dibakar.
P5. Awas! Obat Keras. Tidak Boleh Ditelan.
P6. Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan.

Contoh obat : CTM, Antimo, noza
Obat bebas terbatas dan obat bebas disebut juga OTC (over the counter)
Obat bebas terbatas ini dapat diperoleh di toko obat, dan apotik tanpa resep dokter.

3. Obat Keras (Daftar G : Gevarlijk : berbahaya)

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. 
Contoh : Asam Mefenamat, semua obat antibiotik (ampisilin, tetrasiklin, sefalosporin, penisilin, dll), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat diabetes, obat penenang, dll)  
Obat keras ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.

4. Obat Psikotropika dan Narkotika  (Daftar O)


a. Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. 
Contoh : Diazepam, Phenobarbital, ekstasi, sabu-sabu 
Obat psikotropika ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.

b. Narkotika
   
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. 
Contoh : Morfin, Petidin
Narkotika digolongkan menjadi 3 golongan :
Narkotika golongan I 
Contohnya : Tanaman  Papaver Somniferum L kecuali bijinya, Opium mentah, Opium masak, candu, jicing, jicingko, Tanaman koka, Daun koka, Kokain mentah, dll
Narkotika golongan II
Contohnya : Alfasetilmetadol, Alfameprodina, Alfametadol, Alfaprodina, dll
Narkotika golongan III 
Contohnya : Asetildihidrokodeina, Dekstropropoksifena, Dihidrokodeina, Etilmorfina, dll

Obat narkotika ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter